Kamis, 24 September 2009

"PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI KUNCI POKOK DALAM KONSEP PEMBANGUNAN NEGARA" (Part I)

"PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI KUNCI POKOK DALAM KONSEP PEMBANGUNAN NEGARA"

(Part I)


Setelah perang dunia kedua berakhir, hampir semua negara di dunia mencurahkan perhatiannya kepada upaya untuk memajukan negara-negara yang proses perkembangannya tertinggal, khususnya negara-negara yang baru merdeka yang dalam hal ini sering kita kenal dengan negara berkembang. Mereka kemudian tergabung dalam suatu organisasi yang sekarang kita kenal dengan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Kehadiran lembaga inipun ditujukan dalam rangka percepatan pertumbuhan dan perkembangan negara berkembang dengan berbagai program-program pembangunannya, dimana secara garis besarnya konsep pembangunan di dunia negara berkembang tersebut berkembang menurut paham ekonomi politik yang garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang mengikuti stategi ekonomi sosialis dan yang mengikuti strategi ekonomi pasar.

Bersamaan dengan itu, dimasa itu pula, banyak para pakar dan dunia akademis ditantang untuk membuat konsep-konsep bagi stategi pembangunan di Dunia ketiga (Dunia pertama adalah kelompok Negara Barat dan Dunia kedua adalah kelompok Negara komunis). Konsep-konsep inilah yang kemudian diterapkan melalui paket pembangunan, melalui para ahli asing yang membantu perencanaan maupun pelaksanaan program-program Negara berkembang, serta melalui para ahli dan professional dari Negara-negara berkembang itu sendiri yang pendidikannya bersumber maupun di ilhami oleh pemikiran kalangan pakar di Negara maju. Singkatnya konsep yang paling dominan pada dua dasawarsa pertama setelah perang dunia kedua adalah pemikiran-pemikiran yang bersandar pada konsep pertumbuhan sebagai kekuatan utama yang dapat menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan yang terus dilakukanpun dipandang sebagai proses yang berkesinambungan dari peningkatan jumlah pendapatan riil per kapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya. Proses inilah yang disebut dengan pertumbuhan dan salah ukuran pentingnya adalah pendapatan per kapita.

Berdasarkan pandangan tersebut yang kemudian didukung oleh adanya penanaman, penyerapan maupun penerapan teknologi modern dan modal dengan pola yang ditempuh adalah proses industrialisasi, maka diprediksikan akan menghasilkan suatu pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan bagi pertumbuhan negara berkembang sebagaimana yang telah dialami oleh Negara-negara maju yang telah berhasil menghasilkan peningkatan taraf hidup yang cepat dan menghilangkan kemiskinan. Salah satu harapan atau anggapan pengikut aliran teori pertumbuhan ini adalah bahwa hasil pertumbuhan akan dinikmati masyarakat sampai lapisan bawah, namun pengalaman pembangunan yang telah dilakukan selama kurun lebih tiga dasawarsa menunjukkan bahwa realitanya rakyat lapisan bahwa tidak senantiasa dapat menikmati cucuran hasil pembangunan seperti yang diharapkan. Bahkan di banyak Negara, kesenjangan social ekonomi makin melebar. Penyebabnya adalah meskipun pendapatan dan konsumsi makin meningkat, hanya kelompok masyarakat yang sudah baik keadaannya dan lebih mampu yang lebih mendapatkan mamfaatnya oleh posisinya yang menguntungkan, sehingga memungkinkan untuk memperoleh sebagian besar hasil pembangunan. Dengan demikian, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin, bahkan yang miskin relatif dapat menjadi lebih miskin lagi. Selain itu pula, dunia kemudian disadarkan dengan semakin tingginya kerusakan alam yang terjadi, dimana efeknya dapat mengganggu keberlanjutan kehidupan umat manusia dimuka bumi ini dari pola pembangunan yang telah dilakukan yang terlalu menekan keberlangsungan alam itu sendiri.

Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, kemudian dikembangkanlah berbagai alternative terhadap konsep pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dinyakini tetap diperlukan, tetapi disadari bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah satu-satunya criteria dalam konsep pembangunan. Ia harus serasi dengan pembangunan social yang fokusnya adalah pada manusia dan kualitas serta kesinambungan hidupnya yang dapat membangun harkat dan martabat manusia itu sendiri. Karena pada dasarnya manusia berkeinginan untuk membangun kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pandangan tersebutlah, di Indonesia kemudian dikembangkan konsep pertumbuhan yang bertumbuh pada manusia dan yang berakar kerakyatan. Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang berpihak pada kepentingan rakyat tidak berarti akan menghambat upaya mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tentunya pertumbuhan hanya akan sinambung dalam jangka panjang jika sumber utamnya berasal dari rakyat sendiri, baik itu produktivitas rakyat maupun sumber daya yang berkembang melalui penguatan ekonomi rakyat. Konsep inilah kemudian yang kita kenal dengan konsep pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi dalam membangun kesejahteran rakyat yang berkesinambungan dan berkeadilan, dimana tujuan pokok dari pemberdayaan sendiri adalah melepaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangannya sehingga pendekatan utama dalam konsep ini adalah bahwa masyarakat tidak lagi dijadikan obyek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi menjadi subyek dari upaya pembangunan itu sendiri. Untuk semua itu, salah satu upaya penting dalam stategi pemberdayaan adalah peningkatan kualiatas pendidikan masyarakat, karena melalui pendidikanlah terjadi pengembangan dan penyerapan ilmu pengetahuan…………...(bersambung)

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater…………..Merdeka !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar