Senin, 29 Juni 2009

PEMIMPIN BUKAN PEMIMPI
(Saatnya kita butuh pemimpin sejati yang bisa memberikan perubahan bagi bangsa ini)

Anak bangsa ini sudah terlalu lama berharap akan adanya suatu perubahan yang bisa membawa bangsa yang besar ini lebih baik lagi, lebih terhormat, dan lebih bermartabat. Setiap saat, hati anak bangsa ini rasanya pingin menangis dan menjerit melihat segala bentuk kesewenang-wenangan, ketiadakadilan, penindasan, kejahatan yang terjadi sehingga terbersiknya suatu harapan tulus dari seorang anak jalanan, pedangan kaki lima, buruh, pembantu, pemulung, dsb, harapan yang begitu sederhana dan lugas akan lahirnya seorang pemimpin yang benar-benar peka, mengerti dan bersedia memperjuangkan hak-hak mereka.

Sekilas kata pemimpin dan pemimpi tersebut sangatlah dekat dalam pengucapannya, dimana perbedaanya hanya terdapat pada satu huruf, yang satu dengan “n” diujung, satu lagi tanpa “n”. Namun kata-kata tersebut sangatlah berbeda dalam hal pemaknaannya, perbedaan ini bisa diibaratkan bagaikan bumi dan langit. Sejak reformasi yang dilakukan pada tahun 1998, tampanya bangsa ini sudah terlalu banyak bermimpi, mimpi akan tampilnya pemerintahan yang baru yang demokratis, bersih, dan bebas KKN, mimpi akan memiliki seorang presiden berwibawa, jujur, dan adil, mimpi lahirnya sebuah negeri yang aman, damai dan sejahtera. Tapi, sudahkah disadari bahwa Indonesia baru yang diinginkan itu masih hanya dalam sebuah mimpi? Sekarang ini, banyak diantara kita yang berbuat naïf, dimana Indonesia baru dianggapnya sudah ada, sehingga ketika berhadapan dengan realitas yang tidak sesuai dengan mimpinya, lantas banyak diantara kita yang justru memaksakan kehendak. Celakanya lagi,orang lain yang diajaknya pula bertindak sesuai dengan apa yang diimpikannya. Contoh paling actual yang bisa kita lihat di arena politik, khususnya di pangung perpartaian yang terjadi di pemilu 2009 kali ini. Bisa kita lihat banyak pemimpin partai politik tersebut yang hanya tau bagaimana mewujudkan mimpi mereka pribadi dan anehnya selalu mengkalaim ini demi kepentingan rakyat Indonesia.
Hal yang paling membuat sedih adalah tingkah laku para elit-elit partai yang cenderung memaksakan kehendak mereka demi keuntungan partai mereka semata. Hal ini juga diperparah sampai pada koalisi calon presiden dan calon wakil presiden yang banyak mengundang perdebatan dan perseteruan diantara partai politik sendiri yang pada akhirnya membuat rakyat menjadi bingung dan kecewa. Jelas kebanyakan dari orang-orang ini pada dasarnya sedang bermimpi , mimpi berlomba-lomba menjadi pemimpin. Ia bermimpi menjadi pemimpin dari sebuah negeri yang sesuai dengan apa yang diimpikannya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa dalam alam sadar, begitu banyak orang katakanlah rakyat Indonesia yang belum tentu menginginkan sesuatu, sesuai dengan apa yang diimpikannya itu. Pemimpin seperti ini, pasti akan kehilangan kontak dengan realitas. Dia memimpin dengan angan-angannya sendiri, dengan impiannya sendiri.

Memahami Realitas
Pemimpin sejati adalah mereka yang memahami betul realitas bangsa yang dihadapi. Ibarat sebuah seismograf, ia mencatat getaran –getaran aspirasi social, politik, dan ekonomi rakyatnya untuk kemudian dicarikan jalan keluar yang relevan. Sebaliknya, pemimpin pemimpi akan menentukan sendiri angka-angka yang harus dicatat pada seismograf sesuai keinginannya. Bila getaran-getaran bumi menyalahi dari angka-angka yang sudah ditentukan, bumi yang ada lantas ditinggalkan atau bila perlu dirusak seraya mencari bumi yang baru sesuai dengan mimpinya. Pemimpin-pemimpin seperti inilah yang lantas memenuhi kanca perpolitikan kita, dimana dengan mudahnya pemimpin pemimpi ini hanya bisa memaksakan keinginan dan kemauannya pribadi.
Karena banyaknya orang bermimpi menjadi pemimpin di negeri ini, rakyat akhirnya bingung dan menjadi sulit dalam memilah dan memilih antara pemimpin sejati dengan tidak yang pada akhirnya megenalisasi pemimpin yang hadir sekarang bukan lagi kearah pemimpin yang bisa memecahkan permasalahan tetapi malah memperkeruh masalah yang ada.
Kalau hanya sekedar bermimpi, termasuk bermimpi menjadi pemimpin pada dasarnya tidaklah masalah karena tidak ada yang akan melarang, tapi janganlah hanya sekedar mimpi pribadi yang ingin di wujudkan karena ini jelas terkesan hanya pada ambisius pribadi bukan lagi pada mimpi yang benar-benar berasal dari harapan bangsa ini keseluruhan.

Saatnya Kita Butuh Pemimpin Sejati
Seperti yang saya katakan sebelumnya, sudah terlalu lama bangsa ini menantikan seorang pemimpin yang benar-benar peka, mengerti dan mau berbuat demi perbaikan bangsa ini kedepan bukan seorang pemimpi yang mengambangkan sesuatu secara tidak jelas. Setidaknya ada 5 kriteria ciri pemimpin sejati, yang pertama, ia harus benar-benar teruji yang bisa dilihat dari sejarah hidupnya, minimal ia pernah sukses memimpin suatu komunitas masyarakat. Semakin besar komunitas yang sukses ia pimpin, maka semakin tinggi pula derajat keterujiannya sebagai pemimpin. Kedua, ia patut dijadikan teladan. Keteladanan disini bukanlah suatu kesempurnaan, karena jelas kesempurnaan hanya dimiliki yang diatas. Keteladanan yang dimaksud adalah minimal tidak pernah terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung tindakan criminal seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), korupsi, manipulasi dan semacamnya. Orang yang pernah melakukan atau sekedar terlibat kejahatan tidak pantas dikatakan pemimpin. Ketiga, pemimpin yang sejati memiliki kewibawaan, dimana wibawa akan lahir dengan sendirinya dari seseorang yang memiliki kepribadian positif yang artinya moralitas meupakan aspek yang paling dominan dalam terbentuknya kewibawaan. Secara factual, kewibawaan seorang pemimpin bisa dilihat dari sejauh mana tindakan, perkataan, dan titah-titahnya diikuti orang. Seorang yang berteriak lantang tapi tidak diikuti orang menandakan kepalsuan kepemimpinannya. Barangkali ia hanya menjadi pemimpin yang hanya bermodalkan SK dan parahnya lagi SK itu sendiri dibuat olehnya. Keempat, pemimpin sejati adalah orang yang memiliki wawasan keilmuan yang memadai, yakni kualifikasi kemampuan setara dengan jenjang kepemimpinanya, meskipun tak harus diperoleh dari pendidikan formal. Bagi pemimpin nasional misalnya, tentunya mutlak diperlukan wawasan social politik baik secara nasional maupun internasional. kelima, yang terakhir tetapi bukan akhir segalanya, pemimpin sejati adalah orang yang benar-benar mempunyai ideology dan prinsip yang benar-benar kuat dalam membawa suatu perubahan bagi bangsanya. Ini bisa kita lihat dari visi, misi dan program yang akan dia bawakan, dimana visi, misi dan program tersebut dapat terukur ketercapainya dan selain itu adanya pandangan terhadap solusi dan terobosan-terobosan serta alternative-alternatif dalam penyelasaian setiap permasalahan yang dihadapi bangsa ini.
Memang masih banyak kriteria yang harus dipenuhi oleh pemimpin sejati, namun setidaknya kelima criteria ini bisa membantu kita dalam menentukan sang pemimpin Indonesia kedepannya, minimal untuk 5 tahun mendatang…

Selamat berdemokrasi dan mari kita sukseskan pemilu presiden dan wakil presiden RI 2009 dengan suatu pandangan dan pemikiran yang kritis demi kemajuan bangsa Indonesia kedepan !!!

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater ……. MERDEKA !!!

“Indonesia Harus Bisa Kembali Tersenyum” ……………salam mahasiswa
AWAL PERUBAHAN ATAU AWAL KEHANCURAN
(Tulisan ini dimaksudkan untuk memperkuat aksi yang diadakan BEM sebandung raya dalam rangka penyeruan gerakan 4 C pada tanggal 25 juni 2009)

Melihat sejarah perjalanan bangsa yang cukup panjang ini, tentu semuanya anak bangsa ini sepakat bahwa bangsa yang besar ini haruslah sudah bisa berubah, berubah kearah yang lebih baik dan sejahterah bukan malah sebaliknya, dimana permasalahan-permasalahan yang terjadi semakin hari semakin kompleks dan tidak pernah ditemui jalan penyelesainya. Ya, sejak reformasi yang telah dilakukan tahun 1998, harapan demi harapan akan perubahan itu pun menjadi agenda pokok dalam setiap tata pemerintahan yang dibangun, agenda akan adanya pemerintahan yang bersih dan kuat, demokratis, kehidupan yang lebih baik, perekonomian yang memihak kepada rakyat kecil, pendidikan yang layak, berkulitas dan terjangkau, penciptaan lapangan pekerjaan, pemerataan pembangunan, dsb. Tapi yang menjadi pertanyaan sekarang, sudah sejauh mana kita berhasil melangkah untuk mewujudkan agenda reformasi tersebut? Ya bisa dikatakan masih jauh dari harapan atau mungkin kita sama sekali belum bergerak dari cita-cita reformasi yang telah dilakukan tersebut. Tapi walaupun begitu, harapan akan perubahan itu masih besar dari setiap anak bangsa yang sudah terlalu muak dengan keadaan bangsa sekarang dan hadirnya pemilu menjadi harapan tersendiri untuk mewujudkan agenda reformasi tersebut.
Pemilu yang terjadi, terlebih semenjak setelah reformasi yang dilakukan 11 tahun silam bukan hanya sekedar agenda kultural bangsa yang dilakukan dalam 5 tahunan sekali, tetapi ada makna dan tujuan luhur yang terkandung didalamnya, dimana makna itu adalah wujud dari demokrasi yang telah dianut dan dipahami sebagai bahwa rakyatlah yang berdaulat atas nasib dan perjalanan bangsanya. Sementara tujuan dari pemilu tersebut adalah melahirkan suatu pemerintahan yang kuat, bersih, legimited, dan berasal dari kehendak rakyat sebagai yang berdaulat. Maka oleh sebab itu, pemilu akhirnya bisa dipahami sebagai gerbang awal menuju suatu perubahan bangsa kedepan yang lebih baik apabila pemilu dilakukan dengan baik pula, dimana hak rakyat sebagai yang berdaulat diberi kebebasan secara mutlak untuk bisa memberikan suaranya dan aspirasinya dalam memilih maupun dipilih calon-calon pemimpin bangsa kedepannya. Namun dibalik itu, pemilu bisa juga menjadi bom waktu yang setiap saat bisa akan meledak yang membawa kesengsaraan dan penderitaan bagi bangsa ini, apabila pemimpin yang hadir bukanlah pemimpin yang benar-benar dekat dengan rakyat dan memperjuangkan hak-hak rakyat, khususnya rakyat menengah kebawah. Inilah pada akhirnya, hadirnya pemilu tersebut menjadi suatu tantangan tersendiri yang harus dijawab dengan baik dan bijak pula untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan bangsa ini kedepannya, terutama tepatnya dikalangan intelektual dan akademisi yang mempunyai tanggung jawab lebih untuk bisa memberikan wajah-wajah perubahan bagi bangsa Indonesia kedepan dengan menghadirkan sederetan solusi bersamaan dengan lahirnya pemimpin yang tepat pula.

Pemilu RI 2009
Ada awal, pasti ada akhirnya. Ada suatu rangkaian kegiatan, pasti ada suatu rangkaian proses yang terkandung didalamnya. Begitu jugalah dengan pemilu 2009 yang dilakukan sekarang, mulai dari pemilu legislative yang telah berlangsung dan sekarang yang hanya menyisahkan beberapa tahap lagi menuju pemilihan calon presiden dan wakil presiden 2009 -2014. Sama dengan pemilu 2004, dimana pemilu tersebutlah kita (rakyat) secara mutlak bisa menentukan secara langsung pemimpin-pemimpin yang kita percayai dalam memberikan suatu pencerahan-pencerahan dan solusi dari setiap permasalahan bangsa selama ini. Lahirnya pemerintahan tahun 2004 silam, mulai dari pemerintahan legislative dan eksekutif pada dasarnya belum bisa menjawab secara tuntas permasalahan yang ada, bahkan masih jauh dari harapan kita semua. Ini bisa dilihat dari faktanya bahwa kemiskinan yang masih tinggi, pengganguran yang belum terselesaikan, birokrasi yang tidak memihak dan terlalu berbelit-belit, percepatan pemerataan pembangunan yang merata disiap sektor dan daerah, dsb yang menyimpulkan bahwa pada akhirnya bangsa ini harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa membawa perubahan-perubahan tersebut. Pengalaman demi pengalaman dari masa lalu ini haruslah pula menjadi suatu pembelajaran berharga bagi bangsa ini, khususnya bagi pemimpin yang akan lahir memimpin bangsa ini dalam 5 tahun mendatang. Dia yang akan hadir adalah orang yang benar-benar mengerti betul secara fundamental setiap permasalahan bangsa yang ada, yang kemudian diikuti dengan pandangan dan strategi serta solusi yang kongkrit dan terukur untuk dapat menjawab permasalahan tersebut. Selain itu juga, dia yang hadir adalah orang yang bisa memberikan suatu targetan-targetan perubahan dan perkembangan untuk Indonesia kedepan.
Disadari atau tidak, sekarang kita hanya tinggal menunggu waktu sebelum tanggal 8 Juli mendatang kita dihadapkan untuk memilih calon pemimpin tersebut. Waktu yang pendek dan singkat ini haruslah dimamfaatkan dengan sebaik-baiknya pula, dimana terdapat 3 pasangan calon yang bersaing dalam memperebutkan tahta orang nomor 1 dan 2 di bangsa ini. Secara umum, visi dan misi dari ketiga calon pemimpin tersebutlah hampirlah sama, dimana perjuangan yang mereka lontarkan adalah perjuangan yang memimpikan suatu perubahan bagi bangsa ini. Mengapa lalu dikatakan sekedar memimpikan? Karena jelas, pandangan dan solusi dari pasangan calon yang adapun, bisa dikatakan hanya baru sebatas pandangan dan solusi yang umum dan normative (yang seharusnya), tidak ada suatu terobosan-terobosan baru yang setidaknya dapat memberikan suatu kelegaan dan gambaran akan suatu perubahan. Memang pada dasanya semua itu tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, bangsa ini terlalu besar dan terlalu kompleks, tapi bukankah akan sangat menyedihkan sekali bila pemimpin yang hadirpun tidak sama bedanya dengan orang-orang yang tau bermimpi, bermimpi bahwa bangsa ini akan lebih baik, sejahterah, tanpa melakukan suatu kerja keras dan terobosan-terobosan baru. Hal ini menjadi penting karena kebijakan yang diambil serta langkah dan strategi yang diambil pula akan stergantung pada siapa yang akan mememimpin Indonesia kedepan, minimal untuk Indonesia 5 tahun mendatang.
Oleh karena itu, aksi yang diadain oleh mahasiswa BEM sebandung raya ini menyusung suatu peringatan kepada kita semua, baik calon pemimpin bangsa ini, masyarakat, mahasiswa, dan semua elemen lainnya agar lebih peka dan peduli untuk bersama-sama meyongsong Indonesia yang lebih baik lewat pemilu yang telah berlangsung sekarang. Untuk calon pemimpin bangsa ini diharapakan lebih bisa memberikan solusi yang mendalam lagi terhadap bangsa yang terjadi dengan terobosan-terobosan yang akan dilakukan dan untuk masyarakat Indonesia yang akan menjadi penentu lahirnya pemimpin tersebut haruslah lebih bijak dan lebih kritis sebelum pada akhirnya menentukan pilihan pada tanggal 8 Juli mendatang. Maka oleh sebab itu, Kami ingin menyerukan gerakan 4 C, yaitu :
  1. Catat track Record-nya (Masa Lalunya)
  2. Catat Visi, Misi dan Program Kerjanya
  3. Catat Janji-Janjinya
  4. dan jangan lupa Catat bahwa tanggal 8 Juli kita datang bersama-sama untuk mencontreng satu kali.

Akhinya, izinkan kami menyerukan kembali “saatnya lah kita bergerak bersama-sama untuk menghadapi sederetan permasalahan dan tantangan bangsa ini kedepan dengan suatu penyelesaian dan terobosan-terobosan yang solutif serta tindakan yang konkrit agar Indonesia ini bisa tersenyum kembali”

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater ……. MERDEKA !!!

Indonesia Harus Bisa Kembali Tersenyum” …...Salam Mahasiswa

Membangun Kualitas Hidup Sumber Daya Manusia

Membangun Kualitas Hidup Sumber Daya Manusia

Suatu bangsa bisa berkembang menjadi bangsa yang maju apabila bangsa itu bisa memberdayakan dan memamfaatkan segala potensi sumber daya yang dimilikinya, terutama pengembangan kualitas sumber daya manusia

Tidak ada bisa menyangkal, Negara Indonesia adalah bangsa yang terlahir dengan segala kekayaan dan potensi yang dimilikinya, mulai dari kekayaan alam yang dilihat dari potensi kekayaan lautannya, tanah yang subur dimana pertanian dan perkebunan dapat tumbuh dengan mudahnya, kekayaan tambang dan minyak buminya, dsb, kemudian kekayaan budaya sosial masyarakatnya dengan berbagai corak dan keberagaman kebudayaan daerah sampai dengan sumber daya manusianya yang begitu melimpah, dimana kalau kita berpikir secara rasional tidak mungkin bangsa yang memiliki kaya ini tidak bisa membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Tapi apa daya, sungguh menyedihkan apabila kita melihat keadaan bangsa kita sekarang ini, bangsa yang kita cintai ini ternyata masih jauh dari keadaan sejahtera tersebut. Lalu yang menjadi pertanyaan, Mengapa kita belum bisa sejahtera?
Menuju bangsa yang sejahtera, pada dasarnya telah dimulai dengan adanya program pembangunan berkelanjutan yang dipopulerkan pada zaman pemerintahan presiden suharto, dimana banyak kalangan menilai bahwa bangsa ini telah menunjukkan segenap keberhasilan yang nyata menuju bangsa yang lebih sejahtera. Tetapi harus kita sadari bersama bahwa pembangunan yang dilakukan selama ini masih banyak kekurangan dan ketimpangan yang terjadi yang secara ril bisa dilihat dari pembangunan belum merata antara daerah-daerah di Indonesia. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang sama sekali belum mengalami proses pembangunan sementara daerah lainnya telah mengalami pertumbuhan yang begitu pesat, seperti daerah yang ada dipedalaman papua dengan daerah-daerah di pulau Jawa. Percepatan dan pemerataan pembangunan sangatlah penting dan menjadi tugas yang sangat berat karena kendala yang dihadapi sangatlah kompleks. Disamping perlunya percepatan pembangunan infrastruktur, hal yang menjadi fokus utama dalam pembagunan tersebut adalah peningkatan kualitas, mutu, dan kompetensi sumber daya manusia yang ada karena harus kita akui bersama kualitas, mutu, dan kompetensi itu masih jauh dan terlalu rendah. Tapi sebelum kita berbicara meningkatkan kualitas SDM, ada baiknya kita lihat dulu factor-faktor yang menghambat dan mempercepat kualitas SDM tersebut yang nantinya akan mempermudah kita dalam upaya-upaya mengurangi dan menghilangkan factor penghambat serta meningkatkan factor-faktor yang kemudian akan mendukung.
Secara kuantitaf, kualitas Sumber Daya manusia dapat dilihat dari peningkatan Indeks Pembangunan Manusia yang dilihat dari:
· Angka harapan hidup ( life expectancy at age atau factor kesehatan) yang diukur dari umur dan tingkat kesehatan seseorang
· Tingkat pendidikan yang dilihat dari angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah
· Kemampuan ekonomi yang diukur dari tingkat pendapatan perkapital seseorang.
Bisa saya katakan bahwa ketiga indikator ini tergambar sebagai kekuatan segitiga yang memiliki ikatan yang kokoh antara yang satu dengan yang lainnya, dimana kesehatan merupakan dasar dari seseorang untuk melakukan aktivitas, terutama untuk menjalani kehidupan ini. Seseorang yang sehat fisik dan mentalnya akan dapat melakukan berbagai kegiatan, misalnya bekerja mencari nafkah, bersekolah untuk mencari pengetahuan, dsb. Sebaliknya, seseorang yang tidak sehat akan kesulitan untuk melakukan berbagai kegaitan secara baik, meskipun yang bersangkutan berpindidikan/trampil dan mimiliki kemampuan secara ekonomi. Saya mencoba menggambarkan secara sederhana bahwa kesehatan adalah dasar dari peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri:


Seseorang yang sehat dan berpendidikan/trampil, meskipun kurang mampu secara ekonomi, masih berpeluang untuk maju, demikian pula orang yang sehat dan secara ekonomi mampu tetapi kurang berpindidikan / trampil masih memiliki peluang untuk maju karena banyak fakta yang ditemui bahwa sebagian besar orang yang sukses berasal dari golongan pendidikan yang rendah. Oleh karena itu, kesehatan menjadi pilar yang utama dan kunci pokok sebelum kita berbicara mengenai peningkatan kualiatas sumber daya manusia, sedangkan factor pendidikan/keterampilan dan kemampuan ekonomi sebagai pendukung utamanya.

Bagaimana dengan realitasnya

Bagaimanapun pemaparan solusi yang baik adalah dengan pengindentifikasian suatu masalah secara tepat dari realitas yang terjadi, kemudian turun pada suatu tindakan-tindakan yang akan dilakukan yang semuanya diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu terwujudnya masyarakat yang sejahtera yang dilihat dari kualitas sumber daya manusia yang benar-benar bermutu dan berdaya saing.
ü Aspek Kesehatan
Permasalahan-permasalahan yang masih terjadi antara lain adalah tidak meratanya penyedian fasilitas-fasilitas kesehatan ditambah minimnya fasilitas kesehatan, mulai dari peralatan-peralatan kesehatan, tenaga ahli medis, apotik, jaminan-jaminan kesehatan, dsb. Selain itu permasalahan lain adalah kurang perhatian pemerintah dan dunia kerja dalam menjaga kesehatan masyarakat dan kaum pekerja, terlihat dari masih banyaknya terjadi kasus busung lapar, kekurangan gizi, dan penyakit-penyakit lainnya, terutama kasus untuk buruh-buruh pabrik yang bisa dikatakan jarang sekali memperhatikan aspek kesehatan kaum pekerjanya.
ü Aspek Pendidikan
Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa tingkat pendidikan masyarakat kita masih terlalu rendah yang kemudian diperparah dengan kualitas pendidikan yang ada pun masih jauh dari harapan, mulai dari mutu kualitas pengajar, sistem kurikulum pendidikan yang kemudian berefek pada rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Hal ini setidaknya disebabkan oleh tidak merata dan kurangnya fasilitas-fasiltas pendidikan, proses pendidikan yang masih kaku yang hanya mengarah bagaimana seorang siswa itu bisa lulus dengan nilai yang bagus tetapi tidak diimbangi dengan kualitas dan keterampilan serta pengarahan pada pemenuhan kebutuhan pengolahan industry dan sumber daya alam yang ada. Selain itu pula permasalahan semakin minimnya peluang/kesempatan bagi kalangan yang kurang mampu untuk mengecam dunia pendidikan.
ü Aspek Ekonomi
Kondisi perekonomian dunia yang akhir-akhir ini cenderung tidak stabil memberikan efek tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi bangsa kita. Permasalahan yang akhirnya timbul adalah semakin tingginya tingkat penggaguran dengan masih banyaknya ditemuinya kasus PHK, lapangan pekerjaan yang begitu minim yang tidak diimbangi dengan jumlah angkatan kerja yang ada, penerimaan gaji yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan yang harus dipenuhi, dsb

Akhirnya permasalahan dari ketiga aspek ini memunculkan fenomena permasalahan sosial yang kemudian berkembang dimasyarakat sekarang ini, seperti maraknya kasus perampokan karena tidak memiliki pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhan hidup seseorang, kasus bunuh diri, pemerkosaan, dsb.

Solusi kedepan yang bisa dilakukan

Solusi yang bisa dilakukan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia lebih kearah upaya-upaya peningkatan dalam mempercepat derajat kesehatan masyarakat, tingkat pendidikan, dan kemampuan ekonomi, serta yang paling penting peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses peningkatan kualitas sumber daya tersebut yang dilakukan dengan:

  1. Percepatan pemerataan pembangunan, khususnya daerah kawasan wilayah timur Indonesia agar semua daerah kemudian dapat tumbuh dan berkembang
  2. Percepatan peningkatan derajat kesehatan sumber daya manusia dengan penyediaan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan yang memadai dan merata. Selain itu diperlukan suatu motivasi-motivasi dalam peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesehatan
  3. Peningkatan keberadaan dan proses pendidikan dan pelatian-pelatian bagi masyarakat yang diarahkan untuk memiliki profesi dan keterampilan yang memadai, salah satu contohnya dengan mempercepat peningkatan sekolah-sekolah kejuruan
  4. Percepatan peningkatan pengolahan ekonomi dan usaha rumah tangga yang mandiri untuk meningkatkan pendapatan perkapital masyarakat, salah satu contohnya dengan pemberian bantuan-bantuan lunak pengembangan kewirausahaan, koperasi, dsb

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater…………..MERDEKA !!!

Indonesia harus bisa tersenyum kembali”…………………..….salam mahasiswa

MENGENTAS KEMISKINAN DAN PENGGANGURAN
(tulisan ini dibuat setelah menonton bareng hasil perdebatan capres dalam debat capres tanggal 25 Juni 2009 di sekre HMTL bersama ketua lembaga-lembaga himpunan)


Kata-kata kemiskinan dan penggangguran, mungkin sudah tidak lagi asing terdengar oleh kita dan seringnya kata-kata ini menjadi wacana yang dilontarkan setiap kalangan, khususnya kalangan elit politik dan pemerintah bangsa ini. Sejak awal kita merdeka sampai sekarang ini, sedih rasanya kalau sampai sekarang pun masalah kemiskinan dan penggaguran ini masih menjadi topik dan agenda utama yang sering kali disampaikan calon-calon pemimpin bangsa ini sebelum pada akhirnya mereka memimpin bangsa ini. Bila kita lihat kembali cita-cita pendiri bangsa kita yang secara tegas mengatakan bahwa mereka ingin mengantarkan bangsa ini menuju bangsa sejahtera, makmur, adil, dan beradab, dimana setiap anak bangsa ini haruslah mendapatkan kehidupan yang benar-benar layak, bermartabat dan sejahterah. Cita-cita luhur ini bukan hanya sekedar kata-kata perjuangan atau emosi sesaat ketika itu, tapi ada makna yang begitu dalam dengan suatu tekat yang kuat, ambisi dan kerja keras serta harapan bahwa bangsa ini pasti bisa lebih baik dari keadaan sebelumnya. Ya itulah perjuangan mulia para leluhur kita walaupun mereka harus merelakan kehilangan segalanya, termasuk nyawa mereka sendiri. Sebegitu besarnya cita-cita mereka kepada kita semua agar kita bisa hidup layak bukan seperti yang terjadi sekarang, dimana bangsa ini sungguh benar-benar terpuruk dan tak tahu mau melangkah kearah mana.
Kemiskinan dan pengganguran adalah kedua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kedua kata tersebut adalah sebab dari akibat yang satu mengakibatkan akibat yang lainnya. Masalah kemiskinan dan penggangguran ini menjadi penting karena menjadi tolak ukur bagi kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Negara-negara yang kemudian berhasil tumbuh menjadi negara majupun dimulai dari kemampuan dari negara tersebut dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan penggangguran tersebut. Lalu bagaimana dengan bangsa yang kita cintai ini? Bukankah negeri ini diagung-agungkan karena kekayaan alamnya yang begitu besar, mulai dari tambang, minyak, hasil pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, dsb. Lalu mengapa bangsa yang besar ini tidak bisa sejahtera? Apakah bangsa ini sudah tidak mampu lagi menjawab permasalahan yang terjadi? Ataukah memang sudah menjadi suratan takdir bahwa bangsa ini harus miskin? tentu jawabannya tidak, karena kenyakinan dan harapan akan perubahan itu masih terbuka secara lebar asal bangsa ini mau berkomitmen untuk bersama-sama melangkah menuju perubahan tersebut.
Bicara kemiskinan
Pada dasarnya ada bebarapa factor yang menyebabkan kemiskinan, tetapi sebelumnya ada baiknya kita rumuskan terlebih dahulu apa itu kemiskinan. Diera abab XXI ini, kemiskinan bisa dipahami sebagai ketidakmampuan seseorang dalam menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya. Dalam ekonomi, yang kemudian menjadi tolak ukurnya adalah rata-rata penghasilan seseorang yang dipatok dari upah minimum rendah (UMR) yaitu orang yang berpanghasilan kurang dari 900.000 ribu perbulan atau sekitar 30.000 ribu perhari. Biaya yang terus meninggi yang tidak diikuti dengan peningkatan gaji akhirnya membuat sesorang secara langsung menjadi miskin. Dalam agama, kemiskinan itu diartikan sebagai minimnya tingkat moralitas seseorang kepada Tuhannya maupun sesamanya, dimana keegoisan dan ketamakan menjadi pokok dasar seseorang dikatakan miskin. Dalam bidang ilmu pengetahuan, kemiskinan dikaitkan dengan rendahnya pengetahuan dan keahlian seseorang sehingga pada akhirnya orang tersebut tidak bisa menghasilkan sesuatu karya-karya yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan peradapan kehidupan manusia. Dalam bidang ilmu sosial, kemiskinan itu dilihat secara jelas dalam bentuk kelas maupun golongan-golongan, tepatnya kelas dan golongan kalangan menengah kebawah, dimana kelas ini memiliki kualitas kehidupan, kehormatan, penghasilan, jabatan, dsb yang sangat rendah dan mengkwatirkan dibandingkan kelas atau golongan lainnya. Ya, ini hanyalah sebagian kecil dari arti kemiskinan itu sendiri, karena akan sangat kompleks kalau kita mencoba menjabarkan secara rinci, apa itu kemiskinan. Yang menjadi permasalahan pokok sekarang dan sudah seharusnya pemikiran kita bersama, khususnya calon pemimpin bangsa ini bagaimana cara mengentas kemiskinan tersebut.
Kemiskinan seperti yang saya jabarkan diatas tadi, adalah suatu permasalahan yang begitu kompleks tergantung dari mana cara kita melihat permasalahan yang ada untuk kemudian diambil suatu penyelesaian yang benar-benar komprehensif agar setiap definisi yang dijabarkan diatas dapat diselasaikan dengan baik pula karena jelas kemiskinan ini bukan hanya menyangkut masalah seberapa besar mereka mendapatkan suatu penghasilan seperti yang diungkapkan calon-calon pemimpin kita sekarang ini dan solusi singkatnya misalnya dengan menaikkan upah atau hanya sekedar memberikan suatu bantuan-bantuan, seperti BLT, raskin, jamsostek, dsb. Kemiskinan yang terjadi itu bisa secara besar setidaknya disebabkan oleh 2 faktor, yang pertama adalah factor kultural, dimana factor ini lebih cenderung disebabkan oleh motivasi kehidupan orang miskin dan keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan. Motivasi kehidupan orang miskin dilihat dari budaya malas, rendahnya daya saing dan daya juang, cita-cita yang rendah, selalu pasrah dengan keadaan, dsb sementara dari keadaan lingkungan adalah kurangnya potensi sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah/tempat yang bisa memberikan kemakmuran bagi rakyatnya, contohnya daerah gersang, sering terjadi longsor dan bencana alam, banjir,dsb. Namun setidaknya hal tersebut bisa disimpulkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat tersebut yang pada akhirnya kecenderungan orang yang sudah miskin pasti akan miskin selamanya. Faktor yang kedua, adalah factor struktural. Faktor hadir setidaknya disebabkan karena minimnya rendahnya kesempatan maupun akses yang dapat diraih orang miskin untuk dapat memperbaiki kehidupannya dibandingkan dengan orang kaya. Hal ini kemudian diperparah dengan rendahnya pendidikan, susahnya akses untuk mendapatkan pekerjaan, ketimpangan-ketimpangan social, kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat miskin, dsb. Kedua factor inilah yang kemudian sangat penting dipahami dari setiap calon pemimpin yang akan lahir sehingga dapat membuat suatu strategi penyelesaian secara fundamental dari permasalahan kemiskinan yang terjadi di bangsa ini.

Bicara Pengganguran
Pengganguran, secara sederhana bisa dikatakan sesorang yang tidak bisa produktif sehingga dia tidak bisa menghasilkan sesuatu yang bisa dijual/dikonsumsi oleh orang lain. Dalam era sekarang, penggangguran identik dikaitkan dengan seseorang yang tidak memiliki perkerjaan ketika seseorang tersebut telah masuk dalam usia produktif (angkatan kerja). Penggangguran adalah salah satu fenomena permasalahan sosial masyarakat yang terjadi akibat terlalu tingginya jumlah angkatan kerja yang kemudian tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Hal ini kemudian mengundang perhatian, karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggangguran tersebut, mulai dari kemiskinan, kejahatan, gangguan jiwa, dsb. Sekali saya tegaskan, bukan bangsa ini tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan tersebut tetapi minimnya pengetahuan dan pendidikan anak bangsa ini yang erat kaitannya dengan daya kreativitas dan inovatif-inovatif, dimana pada akhirnya anak bangsa yang hadirpun hanya bisa bergantung pada lapangan pekerjaan yang ada dengan realitanya dari lapangan pekerjaan yang ada pun jarang sekali memihak kepada kaum pekerja. Maka yang menjadi catatan bagi calon pemimpin kedepannya, bicara penggangguran bukanlah hanya sekedar bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi juga bagaimana memberdayakan sumber daya manusia yang ada agar dia bisa produktif dan menghasilkan suatu karya yang berguna dan mempunyai daya jual. Selain itu pula, pentingnya kebijakan-kebijakan pendukung untuk mengetasi penggangguran, khususnya yang terkait dengan ketenagakerjaan menjadi titik point yang penting pula dalam mengurangi tingkat pengganguran yang ada.
Pada akhirnya bicara kemiskinan dan pengganguran terjadi dibangsa akan dikembalikan kembali kaitannya dengan keberjalan stabilitas perekonomian dan perpolitikan kita. Stabilitas perekonomian dan politik ini sangat penting dalam menjaga keberlangsungan roda pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, pembangunan infrastuktur, pinjaman bank yang tidak memberatkan, dsb yang pada akhirnya akan membawa kemakmuran bagi bangsa ini kedepannya

Sekilas Ulasan Pandangan Capres dalam pengentasan Kemiskinan dan Penggangguran
Dari perdebatan yang dilangsungkan, setidaknya saya bisa menyimpulkan pandangan capres mengenai pengentasan kemiskinan dan pengganguran:
Ø Pandangan Megawati Sokarnoputri
Calon Presiden RI nomor 2 ini berpendapat bahwa dalam mengetasi kemiskinan dan penggangguran diperlukan adanya suatu strategi kebijakan-kebijakan pemerintah kedepannya, terkait dengan peningkatan kemandirian ekonomi bangsa, pemberhentian utang negara dalam waktu secepatnya, peningkatan produksi pertanian dan kelautan dalam peningkatan devisa negara, dan pemberian subsidi, khususnya masyarakat golongan menengah bawah. Selain itu pentingnya perivisian kembali UU ketenagakerjaan karena dinilai tidak memihak kepada rakyat kecil yang dilakukan dengan dialog tripartif antara pengusaha, pemerintah, dan buruh dan perlu adanya stimulus dan inovatif dalam meningkatkan jiwa-jiwa kewirausahan.
Ø Pandangan Susilo Bambang Yudhoyono
Calon Presiden RI nomor 2 ini berpendapat bahwa dalam pengentasan kemiskinan dan penggangguran diperlukan adanya suatu pengaturan kembali optimasi belanja negara, pertahanan asset-aset penting negara, dan perlu adanya peningkatan pendapatan dari pajak dan migas dan masih perlunya pemberian subsidi sebatas untuk membantu rakyat yang benar-benar membutuhkan. Untuk masalah UU ketenagakerjaan masih perlu dipertahankan dan perlunya dilakukan peningkatan-peningkatan dialog tripartit. Campur tangan pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendorong keahlian dan kewirausahaan dengan memberikan bantuan modal dan fasilitas-fasiltas pendukung.
Ø Pandangan Jusuf Kalla
Calon Presiden RI nomor 3 ini berpendapat bahwa dalam pengentasan kemiskinan dan penggangguran dilakukan dengan pengurangan dan penghematan belanja negara dan bila harus utang, mengutamakan utang dari dalam negeri (lewat BUMN). Disamping itu pemberian subsidi dari pemerintah haruslah tetap dipertahankan, tetapi obyek subsidi harus dikurangi seminimal mungkin. Diperlukan adanya suatu revisi UU ketenagakerjaan terkait perjuangan dan perbaikan nasib buruh yang lebih baik yang dilakukan dengan pertemuan bipartite antara pengusaha dan buruh sebelum melibatkan pemerintah dan diperlukannya adanya suatu jaminan dan kepastian dari nasib buruh tersebut. Pandangan lain terkait perlu adanya peningkatan kualiatas sumber daya manusia dengan perbanyakan sekolah-sekolah kejuruan, peningkatan semangat kewirausahaan, dan pemberian bantuan-bantuan modal kepada pengusaha-pengusaha muda.

Akhirnya dari pemaparan pandangan ketiga calon presiden diatas, setidaknya bisa membantu dan menjadi tolak ukur kita bersama untuk menentukan siapa yang layak untuk memimpin bangsa ini kedepannya. Sungguh kompleks dan perlu perjuangan serta kerja keras dalam pemberantasan kemiskinan dan pengganguran yang terjadi dibangsa ini sehingga menuntut kita semua untuk lebih jeli dan kritis dalam menentukan calon pemimpin yang bisa memberikan jawaban atas permasalahan yang terjadi pula.


Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater ……. MERDEKA !!!

Indonesia Harus Bisa Kembali Tersenyum” ……… …………………….......Salam Mahasiswa