Minggu, 05 Juli 2009


TERTUJU UNTUK TANGGAL 8 JULI 2009
(Saatnya Berpikir Logis Dalam Memilih Pemimpin Indonesia Yang Lebih Baik)

Kalau boleh jujur, seandainya pasangan SBY-JK ini bisa dipertahankan maka saya cenderung untuk memilih pasangan ini untuk memimpin bangsa Indonesia untuk kedua kalinya. Namun sekarang kita semua dihadapkan pada tiga pilihan pasangan calon, yaitu pasangan Mega-Pro, SBY-Buediono, dan JK-Win. Dari ketiga pasangan calon ini tentulah punya potensi dan kekurangannya masing-masing yang pada akhirnya menuntut kita untuk lebih kritis lagi dalam menilai pasangan mana yang benar-benar layak dan siap untuk memimpin bangsa ini kedepannya, minimal untuk 5 tahun mendatang.

Bangsa ini tentunya terus berharap akan adanya perubahan menuju yang namanya “Sejahtera”, dimana bila kita coba kembalikan kekonstusi negara kita yang dengan jelas mengatakan bahwa hak rakyat sebenarnya adalah mendapatkan kesejahteran dan kewajiban negara adalah mewujudkan hal tersebut. Secara sederhana, asumsi seseorang dikatakan sejahtera adalah dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dari orang itu tersebut, baik kebutuhan fisik maupun nonfisik, lalu yang menjadi pertanyaan bagaimana dengan realitanya dan apakah cukup sampai situ saja? Ya, jawabanya pasti kita semua sepakat bahwa masih banyak yang harus diperjuangkan dan diperbaiki untuk bangsa ini kedepannya.

Tanggal 8 juli ini yang tinggal menghitung hari ini, secara sadar atau tidak bangsa ini akan dihadapkan pada suatu pilihan, pilihan yang sangat dilematis, dimana kita semua dihadapkan pada ketiga calon pemimpin bangsa yang bila terpilih akan memimpin bangsa ini dalam 5 tahun mendatang. Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang sangat krusial bagi bangsa yang mencoba beranjak dari segala keterpurukan yang sedang ditimpanya dengan berharap akan lahirnya seorang pemimpin yang benar-benar bisa memberikan harapan akan perubahan bangsa kearah yang lebih baik. Seperti yang saya katakan sebelumnya, seandainya pasangan SBY-JK bisa dipertahankan, maka saya akan cenderung untuk mempertahankan pasangan ini memimpin bangsa ini untuk kedua kalinya. Mengapa saya mengatakan begitu? Semuanya bukan tanpa alasan, karena menurut pengamatan saya, perubahan-perubahan bangsa yang diharapkan itu sebenarnya sedang bekerja, dimana dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, keamanan kita lebih baik, pemerintahan berjalan relative lebih lancar (waulaupun belum efektif karena birokrasi yang masih berbelit-belit), budaya korupsi yang gencar-gencarnya dihilangkan ditambah dengan penangkapan para koruptor, perekonomian yang beranjak stabil, pembukaan lapangan pekerjaan, dan berkembangnya faset-faset demokrasi yang lebih baik pula. Tentu hal semua ini patut kita syukurin, dimana tekat yang dikemukakan SBY-JK ketika pemilu 2004 silam itu benar-benar ditunjukkan dengan segala upaya dan usaha. Lalu bagaimana dengan kekurangannya? Ya, semua orangpun tidak ada yang bisa menyangkal, masih banyak ditemui kekurangan-kekurangan, mulai dari masih tingginya penggangguran yang merembes pada kemiskinan, masalah kesehatan, pendidikan, dsb, tapi saya mengatakan semua itu sebenarnya dalam proses perbaikan karena tentunya semua itu bukanlah suatu proses yang mudah dan cepat, dimana diperlukan suatu upaya, usaha dan perjuangan yana panjang agar benar-benar membawa suatu perubahan yang baik pula. Yang menjadi pertanyaan penting sebenarnya, sudah dimana posisi bangsa ini sekarang menuju yang namanya “sejahtera” dan apa yang mesti dilakukan untuk 5 tahun mendatang? Inilah tentunya yang akan menjadi tantangan bagi pemimpin Indonesia kedepan.

Analisis singkat calon pemimpin Indonesia

Dari ketiga pasangan calon yang hadir sekarang, setidaknya saya menemukan suatu perbedaan mendasar yang akan menjadi salah penentu kesimpulan saya nantinya dalam menentukan siapa sekiranya yang benar-benar layak untuk memimpin bangsa ini kedepannya.
Ya, saya mencoba memaparin sedikit pandangan saya dari ketiga calon pasangan yang ada. Untuk pasangan calon Mega-Pro,yang menjadi dasar pasangan ini sangat bertumpuh pada sosok figure ayahanda megawati yaitu “Bung Karno”. Sejak terjun didunia politik, saya bisa mengatakan bahwa itulah modal pokok politik dari megawati dan atas dasar itupulah kemudian dia terus diusung oleh para pendukungnya, begitu juga dengan prabowo yang sangat mengidolakan sosok soekarno ini ditambah dengan pengklaiman permadi (Anggota DPR 2004-2009) yang melihat bahwa sosok “Bung Karno” ada pada dirinya. Hal ini juga tampak dalam kehidupan prabowo, dimana pakaian yang selalu dikenakannya memakai pakaian pantalon model 1950-an yang kerap dipakai oleh Bung Karno, khususnya pada momen proklamasi. Hal ini tentunya bukanlah sesuatu yang salah, namun kalau boleh jujur saya agak sedikit kuatir dengan pasangan ini bila terpilih nantinya, dimana saya belum melihat akan adanya suatu perubahan yang dibawa oleh pasangan ini, justru malah yang saya sangat kwatirkan adalah kembalinya kembali Indonesia kezaman yang dulu. Hal ini sangatlah benar-benar keliru bila kita harus kembali keera zaman dulu karena setahu sayapun cita-cita dari pendiri bangsa ini adalah membawa bangsa ini kearah yang lebih baik dari keadaan yang sebelum-sebelumnya, dengan catatan tidak akan pernah melupakan sejarah perjuangan yang telah dilalui. Hal ini kemudian terlihat dari kampanye yang dilakukan pasangan ini yang sering sekali menghasratkan untuk mendekritkan Indonesia “kembali ke UUD 1945 yang asli”. Dalam konteks politik, amandemen yang terjadi tentunya dipandang salah proses demokrasi yang sangat mahal yang telah terjadi di bangsa ini, dimana amandemen itu terjadi atas kesadaran bahwa pada hakikatnya UUD 1945 itu telah membawa tragedi besar bagi bangsa kita dua kali berturut-turut, masing-masing 1965-1966 dan 1998-2001. Selain itu yang perlu disadari juga adalah kondisi Indonesia pasca-Soharto dengan pasca-Demokrasi terpimpin adalah kondisi yang sangat jauh berbeda tentunya dengan berbagai tantangan-tantangan yang berbeda-beda pula tentunya.
Lain pula dengan pasangan SBY-Boediono yang lebih mengkedepankan pada kesantunan dan kehati-hatian yang sudah melekat dan terbangun pada sosok SBY selama 5 tahun ini. Hal ini tampaknya cukup dihargai oleh masyarakat Indonesia yang lebih mengkedepankan pola santun tersebut yang akhirnya membawa SBY selalu tampil pantas dan menyejukkan dan ini tentunya yang selalu diekspos menjadi modal dalam kampanye SBY-Buediono. Begitu juga Boediono, Mantan Menko Perekonomian dan Gebernur BI ini selalu bersikap santun dan berhati-hati sama dengan SBY, sama –sama santun tapi menurut saya justru tidak saling melengkapi, seperti pemerintahan SBY-JK sekarang. Bagaimanapun dalam memerintah, kehati-hatian sangatlah penting, namun menurut saya yang lebih penting lagi adalah keberanian dalam mengambil keputusan tanpa banyak mengulur waktu. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh kedua calon pemimpin ini, yang justru kedua-keduanya bisa dikatakan sangat lambat dalam pengambilan suatu keputusan. Dalam ranah politik, yang menjadi penghadang bagi pasangan ini bila terpilih adalah pembesaran defisit nyali eksekutif dalam menjalankan roda pemerintahan dengan segala bentuk tantangan dan hambatan yang akan terjadi. Belajar dari 5 tahun pemerintahan SBY-JK ini, hal ini defisit demikian juga banyak dipertanyakan mengenai keberanian eksekutif untuk memberikan suatu terobosan-terobosan baru atas tantangan tersebut, dan hal ini kemudian bisa ditutupi oleh kesigapan, kecepatan, dan keberanian JK dalam melengkapi kekurangan SBY tersebut.
Nah, Berbeda pula dengan pasangan JK-Win, dimana modal politik dari JK adalah keterbukaan, keberanian dan kecepatan dalam membaca situasi serta berani mengambil keputusan secara cepat. JK terlihat dengan sosoknya yang begitu optimis dan kepercayaan diri yang cukup tinggi yang membuat dirinya diisukan sebagai ” the real president” Indonesia ketimbang SBY. Sebagai pendampingnya, Wiranto adalah figur yang rendah hati, tidak gegabah, dan memiliki semangat-semangat perjuangan yang tinggi bagi bangsa Indonesia ini yang menurut saya sosok ini sangatlah cocok serta aset penting mendampingi JK apabila pasangan ini terpilih untuk memimpin bangsa kedepan karena adanya saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Walaupun demikian, kita harus tetap jeli permasalahan bangsa ini cukuplah kompleks, sehingga benar-benar dibutuhkan suatu pemikiran yang benar-benar matang agar penyelesaiannya pun tidak hanya sekedar pemanis saja.

Memahami Sekilas Realitas Bangsa Sekarang

Bagaimanapun semuanya harus dikembalikan pada realitas bangsa kita sekarang. Tidak ada yang bisa menyangkal, kita masih jauh dari keadaan yang diharapkan, namun seperti yang saya katakan sebelumnya harapan itu bukan tidak bisa terwujud bagi bangsa yang besar dan kaya ini, asal bangsa ini mau bekerja keras lagi dan tentunya harapan bagi pemimpin yang akan lahir nantinya adalah pemimpin yang benar-benar punya tekat, usaha, dan upaya yang lebih keras lagi dalam membangun bangsa ini kedepannya. Pondasi yang telah dibangun oleh pemimpin bangsa terdahulu wajiblah menjadi suatu pembelajaran bagi pemimpin bangsa ini kedepannya, khususnya pondasi yang telah ada diperintahan SBY-JK. Bangsa ini, khususnya semenjak krisis 1998 ibarat seperti orang yang mempunyai penyakit yang sangat mengkwatirkan, bahkan bisa dikatakan orang yang hampir mati dan parahnya lagi, dengan keadaannya yang mengkwatirkan tersebut, dia dituntut untuk bisa berlari dengan cepat bersama dengan negara-negara lain yang pada akhirnya bangsa ini harus pasrah dan menelan segala kepahitan yang terjadi di bangsa yang cukup dipuja-puja dengan kekayaan alamnya ini. Perjuangan panjang untuk mengobati rasa sakit dan pahit itu telah diupayakan kurun hampir 11 tahun setelah reformasi yang dilakukan. Perjuangan akan kembalinya Indonesia yang lebih demokratis, penjaminan akan segala bentuk hak warga negara, keberjalanan pemerintahan yang efektif, efesien dan memihak kepada rakyat kecil ketimbang pihak asing,dsb adalah perbaikan-perbaikan yang sampai sekarang menjadi cita-cita dan harapan dari setiap anak bangsa ini. Namun, sekali lagi saya tekankan bahwa kita ternyata belum mampu untuk bisa meraih yang dicita-citakan tersebut. Kemiskinan masih sangat tinggi, kalau saya tidak salah hampir 60% rakyat kita masih hidup digaris kemiskinan, pendidikan yang begitu tinggi sehingga banyak masyarakat yang tidak bisa menikmati pendidikan tersebut, terlihat masih banyaknya yang tidak bisa membaca dan menulis, belum lagi masalah pengganguran yang tidak pernah tuntas, utang luar negeri kita yang semakin meninggi, bahkan sekarang ini merupakan yang tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya, hampir 400 triliun dibanding tahun sebelumnya, aset-aset penting negara yang menguasahai hajat hidup orang banyak yang dikuasai oleh pihak asing, dsb. Dan diatas semua itu, kunci pokok untuk bisa mendatangkan perubahan tersebut dibutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar matang, energik, cekatan dan stategik serta memihak kepada kepentingan rakyat Indonesia

Kesimpulan

Dari pemaparan analisis singkat calon pemimpin Indonesia dan realitas bangsa sekarang, saya merasa nyakin bangsa ini akan lebih baik apabila dipimpin oleh seorang pemimpin yang benar-benar punya keberanian dalam mengambil keputusan tanpa harus banyak mengulur-ulur waktu. Sudah terlalu lama bangsa ini menunggu harapan-harapan akan perubahan itu dan tidak ada satu alasanpun kita harus menunda kembali terwujudnya harapan tersebut karena alasan pertimbangan ini, itu, dsb. Ini bisa dilakukan apabila dilakukan dengan terobosan dan alternative yang baru dengan transformasi yang cepat, efektif dan efisien. Yang harus tetap disadari, walaupun begitu bagusnya program yang dibuat dan dirancang namun tidak diikuti dengan tindakan yang cepat dalam pengambilan keputusan dengan segala bentuk kematangan akan segala dampak yang bisa ditimbulkan, bisa dikatakan pekerjaan itu semua itu hanyalah sia-sia belaka. Sama seperti kata orang bijak, lebih baik jika seseorang lebih cepat dalam mengambil keputusan walupun pada akhirnya salah, karena apabila dia salah, setidaknya dia mempunyai peluang untuk memperbaiki kearah yang lebih baik dan benar dibandingkan dengan orang yang lambat dalam mengambil keputusan walupun hasilnya kemudian benar, kalau kemudian itu benar, tapi bagaimana kalau itupun salah.
Dengan satu harapan, akan adanya perubahan Indonesia yang lebih baik dan satu ajakan dari saya marilah kita bersama-sama memilih calon pemimpin bangsa kita kedepan dengan suatu pemikiran yang logis dan rasional untuk menilai siapa pemimpin yang layak untuk Indonesia, minimal untuk 5 tahun mendatang.

Semoga bangsa ini kedepan akan kembali menjadi bangsa yang lebih sejahtera, kuat, dan bermartabat…………………… MERDEKA !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar