Senin, 29 Juni 2009

PEMIMPIN BUKAN PEMIMPI
(Saatnya kita butuh pemimpin sejati yang bisa memberikan perubahan bagi bangsa ini)

Anak bangsa ini sudah terlalu lama berharap akan adanya suatu perubahan yang bisa membawa bangsa yang besar ini lebih baik lagi, lebih terhormat, dan lebih bermartabat. Setiap saat, hati anak bangsa ini rasanya pingin menangis dan menjerit melihat segala bentuk kesewenang-wenangan, ketiadakadilan, penindasan, kejahatan yang terjadi sehingga terbersiknya suatu harapan tulus dari seorang anak jalanan, pedangan kaki lima, buruh, pembantu, pemulung, dsb, harapan yang begitu sederhana dan lugas akan lahirnya seorang pemimpin yang benar-benar peka, mengerti dan bersedia memperjuangkan hak-hak mereka.

Sekilas kata pemimpin dan pemimpi tersebut sangatlah dekat dalam pengucapannya, dimana perbedaanya hanya terdapat pada satu huruf, yang satu dengan “n” diujung, satu lagi tanpa “n”. Namun kata-kata tersebut sangatlah berbeda dalam hal pemaknaannya, perbedaan ini bisa diibaratkan bagaikan bumi dan langit. Sejak reformasi yang dilakukan pada tahun 1998, tampanya bangsa ini sudah terlalu banyak bermimpi, mimpi akan tampilnya pemerintahan yang baru yang demokratis, bersih, dan bebas KKN, mimpi akan memiliki seorang presiden berwibawa, jujur, dan adil, mimpi lahirnya sebuah negeri yang aman, damai dan sejahtera. Tapi, sudahkah disadari bahwa Indonesia baru yang diinginkan itu masih hanya dalam sebuah mimpi? Sekarang ini, banyak diantara kita yang berbuat naïf, dimana Indonesia baru dianggapnya sudah ada, sehingga ketika berhadapan dengan realitas yang tidak sesuai dengan mimpinya, lantas banyak diantara kita yang justru memaksakan kehendak. Celakanya lagi,orang lain yang diajaknya pula bertindak sesuai dengan apa yang diimpikannya. Contoh paling actual yang bisa kita lihat di arena politik, khususnya di pangung perpartaian yang terjadi di pemilu 2009 kali ini. Bisa kita lihat banyak pemimpin partai politik tersebut yang hanya tau bagaimana mewujudkan mimpi mereka pribadi dan anehnya selalu mengkalaim ini demi kepentingan rakyat Indonesia.
Hal yang paling membuat sedih adalah tingkah laku para elit-elit partai yang cenderung memaksakan kehendak mereka demi keuntungan partai mereka semata. Hal ini juga diperparah sampai pada koalisi calon presiden dan calon wakil presiden yang banyak mengundang perdebatan dan perseteruan diantara partai politik sendiri yang pada akhirnya membuat rakyat menjadi bingung dan kecewa. Jelas kebanyakan dari orang-orang ini pada dasarnya sedang bermimpi , mimpi berlomba-lomba menjadi pemimpin. Ia bermimpi menjadi pemimpin dari sebuah negeri yang sesuai dengan apa yang diimpikannya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa dalam alam sadar, begitu banyak orang katakanlah rakyat Indonesia yang belum tentu menginginkan sesuatu, sesuai dengan apa yang diimpikannya itu. Pemimpin seperti ini, pasti akan kehilangan kontak dengan realitas. Dia memimpin dengan angan-angannya sendiri, dengan impiannya sendiri.

Memahami Realitas
Pemimpin sejati adalah mereka yang memahami betul realitas bangsa yang dihadapi. Ibarat sebuah seismograf, ia mencatat getaran –getaran aspirasi social, politik, dan ekonomi rakyatnya untuk kemudian dicarikan jalan keluar yang relevan. Sebaliknya, pemimpin pemimpi akan menentukan sendiri angka-angka yang harus dicatat pada seismograf sesuai keinginannya. Bila getaran-getaran bumi menyalahi dari angka-angka yang sudah ditentukan, bumi yang ada lantas ditinggalkan atau bila perlu dirusak seraya mencari bumi yang baru sesuai dengan mimpinya. Pemimpin-pemimpin seperti inilah yang lantas memenuhi kanca perpolitikan kita, dimana dengan mudahnya pemimpin pemimpi ini hanya bisa memaksakan keinginan dan kemauannya pribadi.
Karena banyaknya orang bermimpi menjadi pemimpin di negeri ini, rakyat akhirnya bingung dan menjadi sulit dalam memilah dan memilih antara pemimpin sejati dengan tidak yang pada akhirnya megenalisasi pemimpin yang hadir sekarang bukan lagi kearah pemimpin yang bisa memecahkan permasalahan tetapi malah memperkeruh masalah yang ada.
Kalau hanya sekedar bermimpi, termasuk bermimpi menjadi pemimpin pada dasarnya tidaklah masalah karena tidak ada yang akan melarang, tapi janganlah hanya sekedar mimpi pribadi yang ingin di wujudkan karena ini jelas terkesan hanya pada ambisius pribadi bukan lagi pada mimpi yang benar-benar berasal dari harapan bangsa ini keseluruhan.

Saatnya Kita Butuh Pemimpin Sejati
Seperti yang saya katakan sebelumnya, sudah terlalu lama bangsa ini menantikan seorang pemimpin yang benar-benar peka, mengerti dan mau berbuat demi perbaikan bangsa ini kedepan bukan seorang pemimpi yang mengambangkan sesuatu secara tidak jelas. Setidaknya ada 5 kriteria ciri pemimpin sejati, yang pertama, ia harus benar-benar teruji yang bisa dilihat dari sejarah hidupnya, minimal ia pernah sukses memimpin suatu komunitas masyarakat. Semakin besar komunitas yang sukses ia pimpin, maka semakin tinggi pula derajat keterujiannya sebagai pemimpin. Kedua, ia patut dijadikan teladan. Keteladanan disini bukanlah suatu kesempurnaan, karena jelas kesempurnaan hanya dimiliki yang diatas. Keteladanan yang dimaksud adalah minimal tidak pernah terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung tindakan criminal seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), korupsi, manipulasi dan semacamnya. Orang yang pernah melakukan atau sekedar terlibat kejahatan tidak pantas dikatakan pemimpin. Ketiga, pemimpin yang sejati memiliki kewibawaan, dimana wibawa akan lahir dengan sendirinya dari seseorang yang memiliki kepribadian positif yang artinya moralitas meupakan aspek yang paling dominan dalam terbentuknya kewibawaan. Secara factual, kewibawaan seorang pemimpin bisa dilihat dari sejauh mana tindakan, perkataan, dan titah-titahnya diikuti orang. Seorang yang berteriak lantang tapi tidak diikuti orang menandakan kepalsuan kepemimpinannya. Barangkali ia hanya menjadi pemimpin yang hanya bermodalkan SK dan parahnya lagi SK itu sendiri dibuat olehnya. Keempat, pemimpin sejati adalah orang yang memiliki wawasan keilmuan yang memadai, yakni kualifikasi kemampuan setara dengan jenjang kepemimpinanya, meskipun tak harus diperoleh dari pendidikan formal. Bagi pemimpin nasional misalnya, tentunya mutlak diperlukan wawasan social politik baik secara nasional maupun internasional. kelima, yang terakhir tetapi bukan akhir segalanya, pemimpin sejati adalah orang yang benar-benar mempunyai ideology dan prinsip yang benar-benar kuat dalam membawa suatu perubahan bagi bangsanya. Ini bisa kita lihat dari visi, misi dan program yang akan dia bawakan, dimana visi, misi dan program tersebut dapat terukur ketercapainya dan selain itu adanya pandangan terhadap solusi dan terobosan-terobosan serta alternative-alternatif dalam penyelasaian setiap permasalahan yang dihadapi bangsa ini.
Memang masih banyak kriteria yang harus dipenuhi oleh pemimpin sejati, namun setidaknya kelima criteria ini bisa membantu kita dalam menentukan sang pemimpin Indonesia kedepannya, minimal untuk 5 tahun mendatang…

Selamat berdemokrasi dan mari kita sukseskan pemilu presiden dan wakil presiden RI 2009 dengan suatu pandangan dan pemikiran yang kritis demi kemajuan bangsa Indonesia kedepan !!!

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater ……. MERDEKA !!!

“Indonesia Harus Bisa Kembali Tersenyum” ……………salam mahasiswa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar