Senin, 29 Juni 2009

MENGENTAS KEMISKINAN DAN PENGGANGURAN
(tulisan ini dibuat setelah menonton bareng hasil perdebatan capres dalam debat capres tanggal 25 Juni 2009 di sekre HMTL bersama ketua lembaga-lembaga himpunan)


Kata-kata kemiskinan dan penggangguran, mungkin sudah tidak lagi asing terdengar oleh kita dan seringnya kata-kata ini menjadi wacana yang dilontarkan setiap kalangan, khususnya kalangan elit politik dan pemerintah bangsa ini. Sejak awal kita merdeka sampai sekarang ini, sedih rasanya kalau sampai sekarang pun masalah kemiskinan dan penggaguran ini masih menjadi topik dan agenda utama yang sering kali disampaikan calon-calon pemimpin bangsa ini sebelum pada akhirnya mereka memimpin bangsa ini. Bila kita lihat kembali cita-cita pendiri bangsa kita yang secara tegas mengatakan bahwa mereka ingin mengantarkan bangsa ini menuju bangsa sejahtera, makmur, adil, dan beradab, dimana setiap anak bangsa ini haruslah mendapatkan kehidupan yang benar-benar layak, bermartabat dan sejahterah. Cita-cita luhur ini bukan hanya sekedar kata-kata perjuangan atau emosi sesaat ketika itu, tapi ada makna yang begitu dalam dengan suatu tekat yang kuat, ambisi dan kerja keras serta harapan bahwa bangsa ini pasti bisa lebih baik dari keadaan sebelumnya. Ya itulah perjuangan mulia para leluhur kita walaupun mereka harus merelakan kehilangan segalanya, termasuk nyawa mereka sendiri. Sebegitu besarnya cita-cita mereka kepada kita semua agar kita bisa hidup layak bukan seperti yang terjadi sekarang, dimana bangsa ini sungguh benar-benar terpuruk dan tak tahu mau melangkah kearah mana.
Kemiskinan dan pengganguran adalah kedua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kedua kata tersebut adalah sebab dari akibat yang satu mengakibatkan akibat yang lainnya. Masalah kemiskinan dan penggangguran ini menjadi penting karena menjadi tolak ukur bagi kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Negara-negara yang kemudian berhasil tumbuh menjadi negara majupun dimulai dari kemampuan dari negara tersebut dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan penggangguran tersebut. Lalu bagaimana dengan bangsa yang kita cintai ini? Bukankah negeri ini diagung-agungkan karena kekayaan alamnya yang begitu besar, mulai dari tambang, minyak, hasil pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, dsb. Lalu mengapa bangsa yang besar ini tidak bisa sejahtera? Apakah bangsa ini sudah tidak mampu lagi menjawab permasalahan yang terjadi? Ataukah memang sudah menjadi suratan takdir bahwa bangsa ini harus miskin? tentu jawabannya tidak, karena kenyakinan dan harapan akan perubahan itu masih terbuka secara lebar asal bangsa ini mau berkomitmen untuk bersama-sama melangkah menuju perubahan tersebut.
Bicara kemiskinan
Pada dasarnya ada bebarapa factor yang menyebabkan kemiskinan, tetapi sebelumnya ada baiknya kita rumuskan terlebih dahulu apa itu kemiskinan. Diera abab XXI ini, kemiskinan bisa dipahami sebagai ketidakmampuan seseorang dalam menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya. Dalam ekonomi, yang kemudian menjadi tolak ukurnya adalah rata-rata penghasilan seseorang yang dipatok dari upah minimum rendah (UMR) yaitu orang yang berpanghasilan kurang dari 900.000 ribu perbulan atau sekitar 30.000 ribu perhari. Biaya yang terus meninggi yang tidak diikuti dengan peningkatan gaji akhirnya membuat sesorang secara langsung menjadi miskin. Dalam agama, kemiskinan itu diartikan sebagai minimnya tingkat moralitas seseorang kepada Tuhannya maupun sesamanya, dimana keegoisan dan ketamakan menjadi pokok dasar seseorang dikatakan miskin. Dalam bidang ilmu pengetahuan, kemiskinan dikaitkan dengan rendahnya pengetahuan dan keahlian seseorang sehingga pada akhirnya orang tersebut tidak bisa menghasilkan sesuatu karya-karya yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan peradapan kehidupan manusia. Dalam bidang ilmu sosial, kemiskinan itu dilihat secara jelas dalam bentuk kelas maupun golongan-golongan, tepatnya kelas dan golongan kalangan menengah kebawah, dimana kelas ini memiliki kualitas kehidupan, kehormatan, penghasilan, jabatan, dsb yang sangat rendah dan mengkwatirkan dibandingkan kelas atau golongan lainnya. Ya, ini hanyalah sebagian kecil dari arti kemiskinan itu sendiri, karena akan sangat kompleks kalau kita mencoba menjabarkan secara rinci, apa itu kemiskinan. Yang menjadi permasalahan pokok sekarang dan sudah seharusnya pemikiran kita bersama, khususnya calon pemimpin bangsa ini bagaimana cara mengentas kemiskinan tersebut.
Kemiskinan seperti yang saya jabarkan diatas tadi, adalah suatu permasalahan yang begitu kompleks tergantung dari mana cara kita melihat permasalahan yang ada untuk kemudian diambil suatu penyelesaian yang benar-benar komprehensif agar setiap definisi yang dijabarkan diatas dapat diselasaikan dengan baik pula karena jelas kemiskinan ini bukan hanya menyangkut masalah seberapa besar mereka mendapatkan suatu penghasilan seperti yang diungkapkan calon-calon pemimpin kita sekarang ini dan solusi singkatnya misalnya dengan menaikkan upah atau hanya sekedar memberikan suatu bantuan-bantuan, seperti BLT, raskin, jamsostek, dsb. Kemiskinan yang terjadi itu bisa secara besar setidaknya disebabkan oleh 2 faktor, yang pertama adalah factor kultural, dimana factor ini lebih cenderung disebabkan oleh motivasi kehidupan orang miskin dan keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan. Motivasi kehidupan orang miskin dilihat dari budaya malas, rendahnya daya saing dan daya juang, cita-cita yang rendah, selalu pasrah dengan keadaan, dsb sementara dari keadaan lingkungan adalah kurangnya potensi sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah/tempat yang bisa memberikan kemakmuran bagi rakyatnya, contohnya daerah gersang, sering terjadi longsor dan bencana alam, banjir,dsb. Namun setidaknya hal tersebut bisa disimpulkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat tersebut yang pada akhirnya kecenderungan orang yang sudah miskin pasti akan miskin selamanya. Faktor yang kedua, adalah factor struktural. Faktor hadir setidaknya disebabkan karena minimnya rendahnya kesempatan maupun akses yang dapat diraih orang miskin untuk dapat memperbaiki kehidupannya dibandingkan dengan orang kaya. Hal ini kemudian diperparah dengan rendahnya pendidikan, susahnya akses untuk mendapatkan pekerjaan, ketimpangan-ketimpangan social, kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat miskin, dsb. Kedua factor inilah yang kemudian sangat penting dipahami dari setiap calon pemimpin yang akan lahir sehingga dapat membuat suatu strategi penyelesaian secara fundamental dari permasalahan kemiskinan yang terjadi di bangsa ini.

Bicara Pengganguran
Pengganguran, secara sederhana bisa dikatakan sesorang yang tidak bisa produktif sehingga dia tidak bisa menghasilkan sesuatu yang bisa dijual/dikonsumsi oleh orang lain. Dalam era sekarang, penggangguran identik dikaitkan dengan seseorang yang tidak memiliki perkerjaan ketika seseorang tersebut telah masuk dalam usia produktif (angkatan kerja). Penggangguran adalah salah satu fenomena permasalahan sosial masyarakat yang terjadi akibat terlalu tingginya jumlah angkatan kerja yang kemudian tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Hal ini kemudian mengundang perhatian, karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggangguran tersebut, mulai dari kemiskinan, kejahatan, gangguan jiwa, dsb. Sekali saya tegaskan, bukan bangsa ini tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan tersebut tetapi minimnya pengetahuan dan pendidikan anak bangsa ini yang erat kaitannya dengan daya kreativitas dan inovatif-inovatif, dimana pada akhirnya anak bangsa yang hadirpun hanya bisa bergantung pada lapangan pekerjaan yang ada dengan realitanya dari lapangan pekerjaan yang ada pun jarang sekali memihak kepada kaum pekerja. Maka yang menjadi catatan bagi calon pemimpin kedepannya, bicara penggangguran bukanlah hanya sekedar bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi juga bagaimana memberdayakan sumber daya manusia yang ada agar dia bisa produktif dan menghasilkan suatu karya yang berguna dan mempunyai daya jual. Selain itu pula, pentingnya kebijakan-kebijakan pendukung untuk mengetasi penggangguran, khususnya yang terkait dengan ketenagakerjaan menjadi titik point yang penting pula dalam mengurangi tingkat pengganguran yang ada.
Pada akhirnya bicara kemiskinan dan pengganguran terjadi dibangsa akan dikembalikan kembali kaitannya dengan keberjalan stabilitas perekonomian dan perpolitikan kita. Stabilitas perekonomian dan politik ini sangat penting dalam menjaga keberlangsungan roda pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, pembangunan infrastuktur, pinjaman bank yang tidak memberatkan, dsb yang pada akhirnya akan membawa kemakmuran bagi bangsa ini kedepannya

Sekilas Ulasan Pandangan Capres dalam pengentasan Kemiskinan dan Penggangguran
Dari perdebatan yang dilangsungkan, setidaknya saya bisa menyimpulkan pandangan capres mengenai pengentasan kemiskinan dan pengganguran:
Ø Pandangan Megawati Sokarnoputri
Calon Presiden RI nomor 2 ini berpendapat bahwa dalam mengetasi kemiskinan dan penggangguran diperlukan adanya suatu strategi kebijakan-kebijakan pemerintah kedepannya, terkait dengan peningkatan kemandirian ekonomi bangsa, pemberhentian utang negara dalam waktu secepatnya, peningkatan produksi pertanian dan kelautan dalam peningkatan devisa negara, dan pemberian subsidi, khususnya masyarakat golongan menengah bawah. Selain itu pentingnya perivisian kembali UU ketenagakerjaan karena dinilai tidak memihak kepada rakyat kecil yang dilakukan dengan dialog tripartif antara pengusaha, pemerintah, dan buruh dan perlu adanya stimulus dan inovatif dalam meningkatkan jiwa-jiwa kewirausahan.
Ø Pandangan Susilo Bambang Yudhoyono
Calon Presiden RI nomor 2 ini berpendapat bahwa dalam pengentasan kemiskinan dan penggangguran diperlukan adanya suatu pengaturan kembali optimasi belanja negara, pertahanan asset-aset penting negara, dan perlu adanya peningkatan pendapatan dari pajak dan migas dan masih perlunya pemberian subsidi sebatas untuk membantu rakyat yang benar-benar membutuhkan. Untuk masalah UU ketenagakerjaan masih perlu dipertahankan dan perlunya dilakukan peningkatan-peningkatan dialog tripartit. Campur tangan pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendorong keahlian dan kewirausahaan dengan memberikan bantuan modal dan fasilitas-fasiltas pendukung.
Ø Pandangan Jusuf Kalla
Calon Presiden RI nomor 3 ini berpendapat bahwa dalam pengentasan kemiskinan dan penggangguran dilakukan dengan pengurangan dan penghematan belanja negara dan bila harus utang, mengutamakan utang dari dalam negeri (lewat BUMN). Disamping itu pemberian subsidi dari pemerintah haruslah tetap dipertahankan, tetapi obyek subsidi harus dikurangi seminimal mungkin. Diperlukan adanya suatu revisi UU ketenagakerjaan terkait perjuangan dan perbaikan nasib buruh yang lebih baik yang dilakukan dengan pertemuan bipartite antara pengusaha dan buruh sebelum melibatkan pemerintah dan diperlukannya adanya suatu jaminan dan kepastian dari nasib buruh tersebut. Pandangan lain terkait perlu adanya peningkatan kualiatas sumber daya manusia dengan perbanyakan sekolah-sekolah kejuruan, peningkatan semangat kewirausahaan, dan pemberian bantuan-bantuan modal kepada pengusaha-pengusaha muda.

Akhirnya dari pemaparan pandangan ketiga calon presiden diatas, setidaknya bisa membantu dan menjadi tolak ukur kita bersama untuk menentukan siapa yang layak untuk memimpin bangsa ini kedepannya. Sungguh kompleks dan perlu perjuangan serta kerja keras dalam pemberantasan kemiskinan dan pengganguran yang terjadi dibangsa ini sehingga menuntut kita semua untuk lebih jeli dan kritis dalam menentukan calon pemimpin yang bisa memberikan jawaban atas permasalahan yang terjadi pula.


Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater ……. MERDEKA !!!

Indonesia Harus Bisa Kembali Tersenyum” ……… …………………….......Salam Mahasiswa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar